Live In Kelas X 2023: “Gumregah Menyat Nguri-uri Kabudayan”

Pada tanggal 13 hingga 17 Maret 2023, SMA Kolese Loyola mengadakan live in di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur bagi seluruh KKL kelas sepuluh. Sebelum itu, apakah kalian tahu apa itu live in? Live in merupakan suatu program yang menempatkan para siswa untuk tinggal di tengah masyarakat desa dengan tujuan untuk belajar hidup bersama keluarga asuh yang sudah ditentukan. Para peserta didik bersama pasangannya harus tinggal dan hidup bersama keluarga asuh mereka selama lima hari. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing kelompok berpasangan selama live in, menyesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan oleh keluarga asuh.

Tema “Gumregah Menyat Nguri-uri Kabudayan” memiliki tujuan untuk menanggapi tantangan zaman yang terjadi saat ini. Seiring berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi seperti handphone, masyarakat mulai melupakan warisan budaya lokal yang ada di lingkungan sekitar. Maka dari itu, di kegiatan live in ini diharapkan para siswa sadar akan budaya-budaya yang ada dan tumbuh di keluarga asuh mereka sehingga mereka mampu mengalami kedalaman batin melalui rasa peduli terhadap sesama.

Selama lima hari live in di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, para KKL 73 berkegiatan bersama keluarga asuh. Kegiatan yang dilakukan menyesuaikan dengan profesi keluarga asuh, seperti petani, wiraswasta, pelayan gereja, dan lain sebagainya. Di Desa Klepu ini, rata-rata penduduknya berprofesi sebagai petani dan peternak. Sehingga, tak jarang ada kelompok yang diajak ke sawah untuk belajar mencangkul dan memanen serta tak jarang pula ada kelompok yang diajak ke gunung untuk mencari pakan ternak dengan medan perjalanan yang cukup ekstrem.

Pada hari Kamis, 16 Maret 2023, diadakan Pagelaran Kesenian Jaranan di Lapangan Desa Caluk, Slahung, Ponorogo. Pagelaran Kesenian Jaranan ini diadakan supaya para KKL kelas sepuluh dapat mengetahui budaya daerah yang ada di daerah Ponorogo. Berbagai jenis tarian ditampilkan dalam Pagelaran Kesenian Jaranan ini, mulai dari Tari Kuda Kepang, Perang Celeng, dan Rampak Barong.

Malam terakhir ditutup dengan sebuah ibadat serta kenduri sebagai bentuk perpisahan antara para peserta live in dan keluarga asuh atau masyarakat sekitar di setiap lingkungan. Acara dimulai dengan sharing kesan dan pesan dari perwakilan pihak keluarga asuh serta para KKL sendiri selama lima hari berdinamika di Desa Klepu ini. Acara dilanjutkan dengan potong tumpeng dan makan bersama.

Semoga kegiatan live in ini dapat memberikan suatu makna bagi para KKL 73 dan dapat menjadi pembelajaran untuk kedepannya!